Belajar Tuk Mengabdi

Kita Untuk Agama dan Bangsa

Membuat Teks Khutbah Jum’at

Posted by albasanto pada 24 September 2009

MUSYAWARAH BUKU
Khutbah Jum’at Menelusuri Keindahan Islam dari Kitab ke Kitab

Pendahuluan
“Bukan kecerdasan yang membuat seorang penulis menjadi besar, kehausan pada ilmulah yang membuat setiap goresan pena menjadi bermakna.”
Ungkapan di atas, setidaknya mampu menjawab pertanyaan yang muncul dalam benak kita, “Apa maksud Musyawarah Buku?”, “Mengapa memilih judul judul demikian?”.Tapi, saya insyaf, jika masih belum ada yang puas dengan jawaban ungkapan di atas. Mungkin hadits berikut lebih bisa menjawab pertanyaan tersebut. “’Âlim yantafi’u bi ‘ilmihi khairun min alfi ‘âbid.”
Kaitannya adalah khutbah jum’at seyogyanya menjadi media bagi kita untuk menimbah ilmu sebanyak mungkin. Mempelajari pengajaran-pengajaran para ulama dengan menelusuri dari satu kitab ke kitab yang lain, tidak lain untuk memuaskan dahaga keilmuan kita, kegelisahan intelektual kita. Setelah kita memahaminya, maka kita tuangkan pemahaman kita di atas kertas dengan harapan kita dan orang lain mampu mensifatinya dan melaksanakannya. Jadi, sangat tidak benar jika kita menolak amanat tersebut karena alasan belum punya ilmu, belum pantas atau orang lain lebih baik dari saya.
Demikianlah, semoga paparan berikutnya mampu mencerahkan kita bagaimana membuat teks khutbah khususnya dan pidato/ceramah umumnya.
“Semoga Musyawarah buku ini menemukan kita dan semoga kita menemukan keindahannya.”

Kabut Itu Adalah Kecemasan dan Kebingungan
Saya masih teringat akan seseorang, gagah namun tenang, tatapan mata yang tajam namun jernih, rambutnya yang mulai memutih dimakan usia. Pernah ku tanya tentang keinginannya untuk sungkem, Ia menjawab, “Tentu, insya Allah, setelah mengajar orang-orang di sini.” Pernah suatu ketika saya dalam keadaan bingung, dan ingin ku adukan padanya, namun segan. Tapi akhirnya saya berkata, “Ustadz, boleh saya berbicara, saya tahu bahwa hari akhir akan dating. Pada hari itu, catatan saya akan dihadapkan pada saya, dan saya menyesali semua angan-angan duaniawi saya. Terkadang di kala sendiri, saya dapat melihat hal yang benar dan yang salah, saya dapat melihat kebodohan saya. Namun lagi-lagi, manakala saya mengarungi hidup, saya serin dilanda oleh sesuatu seperti kabut – kecemasan dan kebingungan. Ini berarti bukan saya meragukan Tuhan saya. Akan tetapi, saya merusak sesuatu yang sudah dibersihkan dalam diri saya. Saya merusak rasa kebenaran saya dan tenggelam dalam badai ketidak menentuan.
Dia terdiam sejenak, sambil menganggukkan kepala dan kemudia berkata, “Ya, ya putraku, saya mengetahui kabut itu – saya mengerti apa yang kau bicarakan, tetapi saya tidak memiliki ilmu kecuali keyakinan saya pada Tuhan. Ya, kabut itu – kabut itu dapat membutakan mata kita. Kabut itu – putraku, yang mengaburkan intuisi kita, tapi siapa yang tidak pernah menderita kabut itu bukanlah manusia. Menderita kabut bukan problem utama. Problem utama ketika kita memutuskan berteman dengan kabut itu dan memasukinya dengan harapan menemukan kenyamanan atau solusi.
“tapi Ustadz,” saya menyela, “tolong jelaskan, Bagaimana sifat kabut itu? Bagaimana saya bisa tahu pada saat saya sedang berada di dalamnya? Dan, bagaimana saya tahu kalau saya sedang berjalan dalam cahaya Tuhan?”
“Putraku, saya ingin bertanya kepadamu, pernakah kau merasakan desakan kuat untuk bangun dan shalat? Pernakah kau merasa sangat berhasrat untuk mempelajari kitab Allah? Pernakah kamumerasa dirimu tidak cukup memberi, atau tidak cukup belajar, atau tidak cukup berdo’a? Pernakah kau, secara tiba-tiba, merasa teramat merindukan Allah?”
“Tentu saja ustadz, saya merasakan hal-hal itu di waktu tertentu.”
“Putraku, momen-momen kejernihan dan kecerahan tersebut adalah anugerah Allah. Momen-momen tersebut adalah baying-bayang jalan yang lurus, jalan kebenaran Allah. Jika terlihat, tertangkap dan dikembangkan, maka jalan-jalan itu menjadi gerbang menuju kemungkinan kehidupan yang jernih, kejernihan, kesucian dan intuisi dan pandangan sempurna terhadap cahaya Allah. Namun putraku, saat-saat seperti itu jarang tertangkap, dan kerap kali kita membuang begitu saja anugerah Allah. Masalahnya, putraku, adalah bahwa semakin kita berjalan dalam hujûb, semakin tersesatlah kita, dan semakin kita menempati kabut, semakin terlantar kita.”
Demikian pula, dalam menulis sebuah teks, kita selalu cemas dan bingung. Kabut tersebut bisa berupa hal-hal sebagai berikut:
1. Sulit mendapatkan ide atau inspirasi.
2. Sulit menemukan tema.
3. Sulit untuk memulai/membuat lead.
4. Sulit menjabarkan atau mengembangkan tulisan.
5. dan lain-lain.
Jika kita tidak mau meloncat keluar dari kebingungan dan kecemasan tersebut, maka selamanya kita tidak akan menorehkan tinta ini di atas kertas. Namun jika kita memusatkan diri untuk menangkap ide-ide yang berkeliaran di benak kita, maka itulah anugerah Allah yang akan membimbing kita menyelesaikan tugas menulis teks tersebut. Maka, “Menulis untuk kemaslahatan bangsa, mencuatkan potensi, memacu motivasi dan meredam gelisah hati.”

Dimensi Berkhutbah
Hari Jum’at adalah salah satu hari besar bagi umat Islam. Karena pada hari itu, seluruh muslim – yang diwajibkan melaksanakannya – berkumpul bersama di masjid-masjid guna mendengar khutbah dan melaksanakan shalat Jum’at. Dalam hal ini, khutbah Jum’at, sebagaimana pula dakwah berupa ceramah dan tablig, merupakan salah satu media beribadah (keshalehan individu) dan berdakwah kepada kalangannya sendiri (keshalehan sosial). Maka dari itu, sebagimana ia adalah ibadah dan dakwah, seharusnya seorang khatib harus memenuhi tuntutan-tuntutan syara’, seperti rukun, syarat dan sebagaimnya, serta memperhatikan pula retorika dan isi yang akan disampaikan.
“Ingat! Dakwah haruslah membumi, ia tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panasnya matahari”.

Garis-garis Besar Haluan Khutbah (GBHK)
ÇÏúÚõ Åöáöì ÓóÈöíáö ÑóÈøößó ÈöÇáÍößúãóÉö æóÇáãóæúÚöÙóÉö ÇáÍóÓóäóÉö æóÌóÇÏöáåõã ÈöÇáøóÊöí åöíó ÃóÍúÓóäõ Åöäøó ÑóÈøóßó åõæó ÃóÚúáóãõ Èöãóä Öóáøó Úóä ÓóÈöíáöåö æóåõæó ÃóÚúáóãõ ÈöÇáãõåúÊóÏöíäó
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. an-Nahl 16: 125)
ayat di atas menuntun ke mana dakwah itu di arahkan dan retorika apa idealnya yang harus dipenuhi dalam berdakwah. Terjawab oleh ayat di atas, bahwa dakwah itu harus meniti jalan Allah dan menuju ke Allah, dengan memperhatikan beberapa kata kunci dari ayat di atas:
1. Bi al-Hikmah. (Kembalilah pada al-Qur’an dan sunah!)
2. Bi al-mau’izhah al-hasanah. (Telusurilah suri tauladan yang terpendam di setiap pojok khazanah Islam)
3. Bi al-mujâdalah al-hasanah. (Bacalah penomena di sekitarmu)
Berikut kita coba menyimak apa yang mereka katakan:
“Aku tidak melihat mata pisau yang lebih tajam dari goresan pena seorang penulis. Maka, perhatikanlah ke arah mana ujung penamu membawa gejolak perubahan.”
“Setiap tetes tinta seorang penulis adalah darah bagi perubahan peradaban.”

Menepis Kabut
“Seringkali yang membuat ujung pena terhenti menuangkan kata adalah keinginan untuk melahirkan tulisan yang banyak disanjung orang. Sementara yang memecahkan kebuntuan adalah sikap apa adanya dalam menuturka kebenaran.”
“Dan resep tulisan yang paling baik adalah “tuangkan saja.”
1. Pecahkan batu kesulitan mendapatkan ide dan inspirasi dengan al-Qur’an dan sunah!
diakui, ide atau inspirasi ini adalah modal awal seorang penulis dalam membuat teks khutbah atau pidato. Ide dianggap langkah penting pertama sebelum menuju langkah berikutnya. Ide yang baik ditunjang dengan pemahaman masalah dan penjabarannya yang baik akan menghasilkan teks khutbah atau pidato yang berkualitas. Intinya, sebuah artikel akan sulit dan tidak mungkin terwujud jika sebelumnya tidak ada ide.
Inspirasi berarti sesuatu yang muncul secara tiba-tiba dalam pikiran kita. Munculnya inspirasi ini terkadang erat kaitannya dengan pengalaman panca indera dalam mendapat respon tertentu yang di alami saat itu. Maka bangun inspirasi kita dengan banyak menelaah kitab suci, sunah dan warisa khazanah Islam.
Simak! “Banyak orang menunggu mood untuk menulis. Sementara bagi sebagian lainnya, mood untuk menulis bangkit karena kuatnya keinginan untuk menyampaikan ilmu dan kebenaran.”

2. Pecahkan batu kesulitan mendapatkan tema dengan menelaah al-Qur’an dan sunah!
Tema tulisan sangat menentukan arah tulisan atau tujuan dari tulisan tersebut. Menentukan tema berarti menentuka apa masalah sebenarnya yang akan dibahas atau diuraikan oleh penulis. Pentingnya posisi tema, sehingga ada yang mengatakan bahwa menetukan tema sama halnya telah merampungkan setengah tulisan.
Dalam menelaah tema, penulis yang bersangkutan juga harus senantiasa ingat bahwa tema yang terlalu luas jangkauannya selalu sulit digarap. Kalau dipaksa digarap juga, maka hasilnya terlalu lebar sampai tidak mungkin mendalam. Padahal sebuah teks pidato harus memiliki fokus sehingga audien dapat memahami dan menyimpulkannya dengan baik. Untuk itu tema harus dirumuskan kembali agar cakupannya lebih sempit tetapi konkrit. Maka, telaahlah kembali al-Qur’an dan sunah karena ia mencakup tema-tema penting dalam meretas jalan menuju Allah.
“Tema yang paling mudah kita tulis adalah apapun yang kita yakini, kita alami, dan kita rasakan.”

3. Pecahkan batu kesulitan membuat lead dengan menelaah khazanah Islam!
Sulit memulai adalah masalah yang paling banyak dikeluhkan para penulis. Kesulitan ini tidak hanya dialami oleh pemula, namun juga sering menimpa orang-orang yang sudah profesional. Maka adalah wajar jika seseorang juga membutuhkan konsentrasi lebih dalam merumuskannya. Tetapi bukanlah hal itu berarti sulit untuk dipecahkan.
Yang disarankan dalam hal ini adalah agar menulis saja apa saja yang ada dalam pikiran saat itu, nanti juga akan menemukan korelasi dengan bahsan yang sedang dibahas. Setelah itu, nanti bisa lihat mana kalimat yang tidak layak dan harus dipangkas serta mana yang harus dipertahankan.
Salah satu praktiknya, yakni menelaah tema tersebut di dalam berbagai khazanah Islam, menarik korelasinya berbentuk ringkasan yang mengemukakan topik dan pokok isi tulisan secara garis besar. Tujuannya memberi gambaran kepada audien yang akan disajikan dalam teks itu nanti itu nanti.
“Gagasan yang baik sering tidak tersampaikan karena kita sibuk memikirkan bagaimana membuat awalan. Padahal, awalan yang terbaik adalah cetusan gagasan itu sendiri.”

4. Pecahkan kesulitan mengembangkan tulisan dengan telaah yang dalam terhadap khazanah Islam dan fenomena sosial!
Sulit menjabarkan tulisan yang dimaksud di sini adalah bukan sebatas kesulitan membuat kalimat pembuka tiap paragraf, tapi juga kesulitan menyelesaikan teks tersebut hingga tuntas. Kadang ide sudah ada, tetapi penulis masih bingung, apa mesti dilakukan dengan ide itu karena begitu ‘gelap’ untuk menjabarkannya.
Di antara penyebab kemadegan ini adalah:
a. Penulis tidak menguasai masalah atau materi yang dibahas.
b. Kurang referensi.
c. Tidak jelas kerangka karangannya.
d. Belum terbiasa menbuat teks.
Keempat kendala di atas, dapatlah diselesaikan dengan satu gerakan. Yakni buka khazanah Islam, pahami, simak dan pelajari alur pikirannya dengan mengelompokkannya dalam beberapa sub tema. Setelah itu, cocokkan dengan sub-sub tema yang kita butuhkan untuk mewujudkan tema besar tulisan kita.
“Sesungguhnya pengetahuan melahirkan keteraturan berbahasa, sedangkan kuatnya tujuan membangkitkan ketajaman kata.”
SELAMAT!! SEMOGA KEINDAHAN ITU TERSUA
Satu pesan yang kita resapi, sebagaiman seorang bijak mengatakan:
“Demi Allah…, saya mengaharap dengan seluruh kekuatan yang saya miliki agas setiap tulisan mampu menciptakan perubahan besar bagi hidup, pikiran, jiwa dan agama kita. Hidup takkan lama, sedang kematian amatlah dekat. Maka, saya berharap setiap kata yang dituliskan menjadi bekal untuk hidup sesudah mati.”

Rukun Khutbah
Di sini perlu dipahami bahwa rukun khutbah Jum’at yang ditetapkan antar madzhab tidaklah sama. Terlepas dari perbedaan tersebut, kita berusaha untuk mengambil poin-poin utama rukun khutbah tersebut. Adapun poin-poin tersebut antara lain:
1. Memuji Allah pada khutbah pertama dan kedua.
ÇáÍãÏ ááå¡ äÍãÏå æ äÓÊÚíäå æ äÓÊÛÝÑå æ äÚæÐ ÈÇááå ãä ÔÑæÑ ÃäÝÓäÇ æ ãä ÓíøÆÇÊ ÃÚãÇáäÇ¡ ãä íåÏíå Çááå ÝáÇ ãÖáø áå æãä íÖáá ÝáÇ åÇÏí áå æ ãä áã íÌÚá Çááå äæÑÇ ÝãÇ áå ãä äæÑ.
2. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
ÇáÕøáÇÉ æ ÇáÓøáÇã Úáì ãÍãøÏ ÓíøÏ ÇáÃäÈíÇÁ æ ÇáãÑÓáíä æ Úáì Âáå ÇáØíøÈíä ÇáØÇåÑíä æ Úáì ÃÕÍÇÈå ÌÇÏÉ ÇáãÄãäíä æ Úáì ãä ÊÈÚå ÈÅÍÓÇä Åáì íæã ÇáÏøíä. æ ÈÚÏ
3. Memberi nasihat untuk bertaqwa kepada Allah SWT.
ÇÊøÞæÇ Çááå ÍÞø ÊÞÇÊå æ áÇ ÊãæÊäø ÅáÇø æ ÃäÊã ãÓáãæä
4. Membaca ayat al-Qur’an.
Åöäøó ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇú æóÇáøóÐöíäó åóÇÌóÑõæÇú æóÌóÇåóÏõæÇú Ýöí ÓóÈöíáö Çááøåö ÃõæúáóÜÆößó íóÑúÌõæäó ÑóÍúãóÊó Çááøåö æóÇááøåõ ÛóÝõæÑñ ÑøóÍöíãñ
5. Berdo’a bagi orang-orang mukmin dalam khutbah kedua.
Çááåãø ÇÛÝÑ ááãÓáãíä æ ÇáãÓáãÇÊ æÇáãÄãäíä æ ÇáãÄãäÇÊ ÇáÃÍíÇÁ ãäåã æ ÇáÃãæÇÊ Åäøß ÓãíÚ ÞÑíÈ ãÌíÈ ÇáÏøÚæÇÊ¡ íÇ ÞÇÖí ÇáÍÇÌÇÊ

Syarat khutbah
Begitu pula dalam menentukan syarat khutbah, para aimmah al-madzâhib berbeda pendapat. Adapun dari beberapa perbedaan tersebut ada beberapa poin yang perlu diperhatikan, yakni:
1. Dikerjakan pada waktu dzhuhur.
2. Khatib harus suci dari hadats dan najis.
3. Khatib harus menutupi aurat.
4. Dilakukan dengan berdiri.
5. Duduk di antara dua khutbah.
6. Khutbah dilaksanakan sebelum shalat.
7. Niat khutbah
8. Dengan menggunakan bahasa Arab.
9. Khutbah dibacakan dengan suara yang jelas.
10. Jarak dua khutbah dan shalat tidak berpisah lama.

Sunah Khutbah
1. Berkhutbah di tempat yang lebih tinggi, seperti mimbar dan lain-lain.
2. Dengan nada yang terang dan lancar.
3. Memberi salam sesudah naik ke atas mimbar.
4. Susunan rukun Khutbah yang berurutan.
5. Khutbah lebih pendek dari shalat.

Baiklah, sebelumnya satu kesan yang harus kita bangun di dalam diri kita masing-masing sebagai da’i, agen of transformation.
“Kata-kata tidaklah bermakna. Manusialah yang memberi makna. Tetapi, kata dapat mengubah jiwa manusia. Dan sesungguhnya pada jiwa yang berubah, terletak perubahan yang niscaya bagi dunia dan kehidupan. Karenanya, hidupkanlah jiwamu setiap kali mengalirkan kata sehingga tiap-tiap goresan pena akan memiliki ruh!”

3 Tanggapan to “Membuat Teks Khutbah Jum’at”

  1. Muthofa said

    Assalamualaikum.Mohon dikasih ilmunya ke saya tentang muqoddimah kutbah pertama dan kedua trimakasih,

  2. Juhriyanto said

    Mengapa ayat alqur-an tidak ditulis langsung dengan tulisan asli huruf alqur-an yang mudah dibaca
    seperti :

    ادعواالى سبيل ربك بالحكمة والموعطة الحسنة وجادلهم بالتى هى أحسن الى اخر

    • albasanto said

      sebenarnya tulisan ini ketika di word telah menggunakan traditional arabic (standar Arab), tapi setelah di upload berubah dan blm sempat ganti. insya Allah, sy perbaiki. thnks be 4

Tinggalkan komentar